Toilet merupakan salah satu sarana
sanitasi yang paling vital. Sarana toilet umum merupakan salah satu jenis
toilet yang diperuntukkan untuk masyarakat umum yang berkunjung ke suatu
tempat. Sering kali
disebutkan bahwa toilet umum adalah toilet ketika jauh dari rumah. Dengan
demikian pengguna toilet umum akan
sangat beragam dan senantiasa berganti, akibatnya toilet umum merupakan tempat yang potensial
sebagai sarana penyebaran penyakit bila sanitasi dan higienenya tidak
dipelihara dengan baik.
Gambar 1. Gambar diatas ini, saya ambil di salah satu Toilet yang ada
di Pantai Parang Tritis, Yogyakarta
Menurut
Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Matra Dinkes Bantul, Yanatum
Yunadiana, menyebutkan bahwa telah terjadi pencemaran E.colli pada sumur-sumur warga Bantul (Harian Jogja Express Rabu,
29 Agustus 2012). Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata telah berencana untuk melanjutkan penilaian terhadap
kebersihan toilet tidak hanya di lingkungan Bandara tetapi juga di
tempat-tempat wisata.
Studi Water and Sanitation Program (WSP)
menyebutkan, bahwa sanitasi buruk juga berdampak pada penurunan kualitas
lingkungan hidup serta berimbas ke dunia wisata. Dampak pariwisata di Indonesia berupa kerugian ekonomi
turis karena buruknya sanitasi bisa mencapai Rp 1,465 triliun pada 2005. Sementara itu,
dampak kesejahteraan lain berupa penggunaan waktu yang tidak produktif setara
dengan Rp 10,770 triliun (Naylanews.blogspot.com).
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah tujuan pariwisata
berbasis budaya dengan dukungan keragaman obyek dan daya tarik wisata. Pada
tahun 2009, tercatat 2,9 juta turis domestik dan sekitar 123 ribu wisatawan
mancanegara datang dan menginap di DI Yogyakarta (Jogja.tribunnews.com). Perkembangan
industri pariwisata juga menambah jumlah pekerja yang bergerak di industri
tersebut. Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki puluhan tempat tujuan wisata yang terdiri dari wisata sejarah, alam,
belanja dan pendidikan. Dari
hasil survey yang dilakukan terutama wisata perairan yaitu pantai masih sedikit
jumlah fasilitas toilet atau bahkan tidak tersedia dan jauh dari pantai. Di
Yogyakarta terdapat beberapa daerah tempat wisata yang kesulitan mendapatkan
air untuk kebutuhan sanitasi
antara lain daerah Gunung Kidul dan tempat wisata Merapi. Badan dunia UNESCO
sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu
sebesar 60 ltr/org/hari (tapaklangit.blogspot.com).
Problem air bersih juga masih terus menggelisahkan warga di obyek wisata Kaliurang, Sleman, DI Yogyakakarta. Baik itu pemilik
warung makan, hotel, penginapan, maupun wisma. Sejak meletusnya Gunung
Merapi akhir 2010 lalu hampir semua sumber air yang berada di kaki Gunung
Merapi tersumbat oleh material Merapi yang hingga kini belum bisa teratasi.
Beberapa warga di Kawasan Wisata Kaliurang menyatakan, ini merupakan problem
air pertama yang di alami oleh warga.
Tahun-tahun
sebelum Merapi meletus, air bersih tidak masalah,bahkan cenderung melimpah
karena banyaknya sumber air. "Namun hampir dua tahun ini warga banyak
kekurangan air," kata Bu Ning, Senin (14/5), pemilik warung makan.
Berharap
perbaikan sumber air belum memungkinkan, karena tebalnya material Merapi yang
membenam sumber air. Untuk memperoleh air bersih, warga harus membeli air dari
unit mobil tanki dengan harga relatif mahal di banding saat mereka masih
mengandalkan sumber air, atau sambungan dari perusahaan Daerah Air Minum (
PDAM) Sleman. Harga per tanki berisi 5.000 liter mencapai Rp 150.000.
Problem air
ini yang diduga menjadi salah satu penyebab belum pulihnya kunjungan ke wisata
Kaliurang. "Dulu sebelum Merapi meletus, hampir setiap hari ada pengunjung
yang menginap di penginapan saya. Namun sekarang satu minggu saja, belum tentu
mendapatkan tamu," kata seorang pemilik penginapan.
(http://www.kotajogja.com/berita/index/Air-Bersih.-Problem-Bagi-Obyek-Wisata-Kaliurang- )
Berdasarkan survey pendahuluan
yang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2012 di wisata pantai,
khususnya di tempat wisata Pantai Depok Bantul
telah terdapat saluran limbah dengan sistem komunal dari seluruh toilet
umum yang ada. Akan tetapi pembangunan saluran limbah dengan sistem komunal ini
tidak dapat berjalan lagi sesuai dengan fungsinya. Hal ini disebabkan oleh
jenis konstruksi yang telah dibangun tidak sesuai dengan keadaan geografis di
Pantai Depok. Dikarenakan sistem komunal tidak dapat berjalan sesuai dengan
fungsinya, maka masyarakat sekitar kembali menggunakan saluran pembuangan yang
dibuat secara swadaya dengan sistem peresapan. Dimana telah diketahui bahwa
pembuangan limbah dengan cara peresapan dapat berpotensi tinggi menyebabkan
pencemaran lingkungan
Gambar 2. Saluran pembuangan air limbah kamar mandi dari warung-warung
ke arah pantai Parang Tritis
Gambar 3. Saluran pembuangan air limbah kamar mandi dari warung-warung
ke peresapan yang tidak memenuhi syarat
Dengan meningkatnya jumlah wisatawan maka otomatis jumlah pemakaian toilet umum meningkat, kebutuhan akan air bersih juga akan bertambah, maka guna memberikan salah satu alternatif untuk mencukupi kebutuhan air bersih pada tempat wisata adalah dengan mendaur ulang limbah cair dan padat dari toilet umum dengan “Toilet Pintar”. Selain itu, Toilet ini juga dilengkapi dengan poster dan design alat pengolahan yang harapannya dapat memberikan edukasi terhadap masyarakat khususnya pengguna toilet tentang limbah Toilet. Toilet Pintar merupakan wacana sekaligus akan sangat tepat jika diaplikasikan dalam dunia pariwisata.
Gambar 4. Skema prototipe proses pengolahan limbah kamar mandi menjadi air bersih
Dengan hasil inovasi ini diharapkan pemerintah
terutama Dinas Pariwisata khususnya Propinsi DI Yogyakarta dapat memanfaatkan
teknologi yang akan dibangun sebagai pilot
project percontohan bagi daerah pariwisata lain terutama tempat wisata yang
kesulitan air pada waktu musim kemarau. Sehingga
nantinya kedepan pariwisata dibidang apa saja di Yogyakarta dapat lebih
berorientasi ke lingkungan.
Artikel
ini saya buat menjelang ‘eksekusi’ tugas akhir di bangku kuliah sekaligus saya
ikut sertakan dalam lomba di Blogdetik. Saya berharap banyak ide sederhana ini
bisa menjadi solusi tepat bagi permasalahan kelangkaan Air bersih di Indonesia. Menghemat air adalah kewajiban semesta, kewajiban kita semua, karena air adalah hak setiap manusia. Wacana ini adalah seni, bagaimana sesuatu yang bagi orang lain tidak berguna kita dapat menjadikannya berharga dan bermakna.